Selasa, 01 November 2011

Analisis Wacana Konsep Agama Privat dan Publik Ulil Abshar-Abdalla serta Implikasinya terhadap Dakwah

Analisis Wacana Konsep Agama Privat dan Publik Ulil Abshar-Abdalla serta Implikasinya terhadap Dakwah

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemikiran Ulil Abshar-Abdalla tentang agama privat dan publik serta ekspresi komunikasi yang ditunjukkan dalam teks-teks artikel tersebut. Hasil dari penelitian itu kemudian dicari implikasinya terhadap dakwah.
Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana Teun van Dijk yang melingkupi analisis teks, analisis kognisi sosial, dan analisis sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Gagasan Ulil Abshar-Abdalla yang berupaya memisahkan ruang privat dan ruang publik karena motif agama, memunculkan pro dan kontra. Mereka yang mendukung gagasan Ulil karena beralasan demi terwujudnya demokratisasi dan keadilan, sedangkan yang menentang gagasan Ulil karena lebih cenderung berpandangan bahwa agama melingkupi semua bidang kehidupan, sehingga tidak perlu adanya pemisahan antara yang privat dan publik.
(2) Ekspresi komunikasi yang dituangkan dalam artikel Ulil bernada keras, lugas, provokatif dan agitatif. Dengan gaya tersebut, ternyata mendatangkan balasan yang juga keras dan agitatif, di samping ada yang memujinya.
Apabila dikaitkan dengan dakwah, maka hasil penelitian tersebut diupayakan agar dapat menjadi model pembelajaran bagi pengembangan dakwah. (1) Pemisahan agama privat dan publik seperti yang digagas Ulil berimplikasikan pada penyempitan ruang dakwah karena dakwah ditempatkan pada ruang privat semata. Padahal, dalam ajaran Islam, diajarkan pada ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah, ibadah individu ataupun ibadah sosial. Alasan Ulil berpendapat demikian karena sikap keberagamaan bisa lebih berkembang karena dalam ruang privat meniscayakan munculnya komitmen pribadi, tanpa adanya intervensi dan paksaan dari luar individu.
(2) Ekspresi komunikasi yang lebih cenderung keras, provokatif, dan agitatif menjadikan pesan yang disampaikan tersebut tidak efektif. Oleh karena itu, yang perlu ditekankan dalam ekspresi komunikasi dakwah adalah model persuasif. Sikap keras bisa dilakukan apabila sesuai dengan konteksnya, yang kemudian dikenal dengan istilah tarhib wa targhib
DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

0 komentar:

Posting Komentar