Selasa, 01 November 2011

Analisis Wacana Mengenai Pemberitaan Aktifis Muslim Di Majalah Tempo Tahun 2003 Pasca Tragedi Bom J.W Marriott

Analisis Wacana Mengenai Pemberitaan Aktifis Muslim Di Majalah Tempo Tahun 2003 Pasca Tragedi Bom J.W Marriott

Penelitian mengenai pemberitaan aktifis muslim di majalah Tempo ini menggunakan analisis wacana sebagai alat untuk membedah teks media. Sedangkan pendekatan yang dipakai adalah analisis kognisi sosial (Sosial Cognition Analysis). Berdasarkan data yang telah diteliti maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Berita dengan judul Memburu Anggota Wakalah Lampung, diperoleh kesimpulan bahwa wartawan menggambarkan Asmar sudah terlibat kekerasan sejak masih umur 14 tahun. Wartawan juga menulis tentang kota lampung sebagai pusat gerakan kelompok Majelis Mujahidin Fisabilillah dan basis kelompok Jamaah Islamiyah.
Berita dengan judul Mereka-reka Otak Pelumat Marriott, wartawan menulis para pelaku bom Marriott berhubungan dengan pelaku bom Bali. Wartawan juga menulis secara detil kronologi pengeboman J.W Marriott. Selain itu, wartawan menulis ungkapan simpati dari beberapa kepala negara tetangga, yang semakin memperjelas keberadaan terorisme di Indonesia.
Berita dengan judul Terkecoh Samaran Azahari, wartawan menggambarkan kecerdikan Dr Azahari yang mampu mengelabuhi warga Taman Sari Bandung serta aparat kepolisian. Sehingga Ia berhasil dari sergapan polisi. Wartawan secara tidak langgung menegaskan bahwa Dr Azahari adalah orang yang sangat membahayakan bagi pihak polisi.
Tema mengenai pemberitaan terhadap aktifis muslim merupakan makna global atau umum dalam wacana. Tema ini kemudian didukung oleh superstruktur (skema) yaitu serangkaian pola atau bentuk dari suatu teks. Tema ini juga didukung oleh makna lokal dari suatu teks, yang tergantung pada setting maupun peristiwa yang terjadi.
Pada elemen datar, teks dipergunakan untuk mendukung tema berita mengenai dahsyatnya bom Marriott, kelihaian Dr Azhari dalam melakukan penyamaran dan kota Lampung yang diidentikkan sebagai sarang kelompok Jamaah Islamiyah. Pada elemen detil, teks secara strategis menguraikan secara detil mengenai usaha aparat kepolisian dalam mengungkap dan menangkap pelaku pengeboman. Dalam elemen maksud, Tempo cenderung memberikan ruang dan makna yang sedikit terhadap para aktifis muslim.
Dalam elemen Praanggapan, Tempo cenderung memilih pernyataan dari pihak kepolisian sebagai nara sumber yang dalam statement sering mengkaitkan pelaku pengeboman hotel J.W Marriott dengan bom Bali. Pada elemen nominalisasi, Tempo jarang menggunakan elemen ini, jika dipergunakan akan mempunyai efek menghilangkan subyek.
Pihak kepolisian secara strategis memanfaatkan elemen wacana untuk memaknai peristiwa atau fakta agar mempunyai citra yang positif dihadapan masyarakat. Untuk membentuk citra yang positif, wartawan Tempo banyak menggunakan bentuk kalimat aktif, sedangkan kalimat yang mempunyai makna negatif, wartawan Tempo cenderung menggunakan kalimat pasif yang berakibat salah satu subyek dihilangkan. Pada elemen koherensi wartawan Tempo memaknai teks yang disusun untuk mendukung dan pendapat dari tema. Dalam elemen kata ganti, Tempo cenderung menggunakan kata ganti mereka yang berarti para aktifis muslim yang diduga sebagai pelaku pengeboman dan kata ganti kita yang berarti Tempo dan aparat kepolisian berada dalam posisi yang sama atau sepihak.
Dalam elemen leksikon, wartawan Tempo banyak menggunakan ungkapan-ungkapan yang negatif yang mengacu para aktifis muslim. Sedangkan dalan elemen grafis, Tempo banyak mengambil gambar dari pihak kepolisian yang sedang bekerja atau memberi keterangan kepada media massa untuk mendukung tema. Pada elemen ekspresi untuk mendukung tema, Tempo banyak mengutip pendapat seseorang secara langsung. Pada elemen metafora, wartawan menggunakan kiasan atau ungkapan

DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

0 komentar:

Posting Komentar